Dari Mainz ke Ujung Bumi

Written By bopuluh on Rabu, 07 November 2012 | 01.17

OLEH ST SULARTO

Ada dua pendorong saya mengunjungi Museum Gutenberg di kota Mainz, Jerman. Pertama, demonstrasi cara kerja mesin cetak buku buatan Johannes Gutenberg (1400-1468) di Frankfurt Bookfair 2012. Kedua, tren buku elektronik yang mengancam eksistensi buku dalam bentuk cetakan.

Museum Gutenberg berdiri sejak 1900. Mainz merupakan kota kuno dengan sisa-sisa keagungan abad ke-19 dengan bangunan model Barock yang kukuh kaku. Museum Gutenberg menjadi daya tarik utama kota tertua di Jerman itu, disusul Katedral Mainz yang berdiri megah di depan museum yang konon merupakan bangunan terindah di sepanjang Sungai Rhein yang membelah Jerman.

Di bawah udara segar, menjelang berakhirnya musim gugur di pertengahan Oktober, berkeliling kota dan menyusuri jalan pinggiran Sungai Rhein, ibarat perjalanan reflektif. Refleksi kekaguman tentang keunggulan Jerman mengembangkan kekayaan alam sebagai pusat-pusat pariwisata. Sementara di Indonesia dari ke hari terus dirusak oleh keserakahan melalaikan alam? Selain itu, juga refleksi kekaguman tentang talenta yang dianugerahkan kepada Jerman dengan berbagai keunggulan yang mereka kembangkan.

Jerman asal-usul peradaban manusia, perintis dan pemula berbagai pemikiran menonjol, mulai dari ekonomi, filsafat, hingga teknologi. Teologi-teologi pembebasan yang diusung Guitterez di Amerika Latin pun, misalnya, konon benihnya berasal dari Jerman. Empat talenta yang dianugerahkan Tuhan tidak mereka sia-siakan. Kapankah Indonesia, yang mungkin dianugerahi tiga atau dua talenta tidak disia-siakan, dan tidak dipendam dalam tanah?

Dalam perasaan sendu, iri, merasa bersalah dan "kecil" itulah saya melangkah masuk ke pintu museum, yang merekam jejak langkah pendobrak peradaban manusia yang di hari-hari ini mulai direcoki oleh hadirnya buku elektronik. Tidak ada peringatan dilarang merokok, dilarang bicara, dan larangan-larangan lain kecuali dilarang membuat foto atau merekam video. Penataan pameran pun rapi, kronologis, dan ada penjelasan singkat dalam bahasa Inggris dan Jerman.

Lantai satu berisi produksi cetak pertama hasil dari bengkel Gutenberg, berikut perkembangan produksi cetak buku sebelum dan sesudah temuan Gutenberg abad ke-15. Ikon di lantai satu ini adalah buku Injil pertama yang dicetak Gutenberg B42 dan Kalendar Turki, dua hasil cetakan Gutenberg tahun 1454. Barangkali ada hasil cetakan lain sebelumnya, tetapi barang-barang itu tidak terlacak.

Sejarah cetak-mencetak sudah akrab di Eropa sejak abad ke-14, tetapi Gutenberg melangkah lebih jauh dengan menemukan cara memperbanyak teks secara cepat, massal, dan lebih mudah didistribusikan.

Lantai dua berisi replika mesin cetak pertama di bengkel kerja Gutenberg, disusul dengan pengembangan dan peningkatannya oleh sejumlah negara lain, bahkan mesin-mesin cetak versi terbaru. Lantai tiga berisi pengembangan dari produksi buku dan koran, berikut aktualisasi perkembangan terakhir dengan berkembangnya digital. Tersedia satu ruangan di lantai ini untuk menyaksikan film tentang dunia percetakan yang tentu saja dengan sosok Gutenberg.

Manusia milenium

Kisah mengenai Gutenberg serba tidak lengkap, dan tidak ada sumber yang menjelaskan hidup keluarganya secara lengkap kecuali anak keturunan bangsawan Friele Gensfleisch dan Else Wirich, yang tanggal kepastian lahirnya pun tidak jelas. Tanggal 24 Januari ditetapkan berdasar tanggal peringatan Santo Johannes yang menjadi nama Katolik ketika Gutenberg dibaptis tahun 1400 di sebuah gereja yang sampai sekarang dibiarkan rusak tidak direnovasi oleh bom pada abad ke-18. Jenazah Gutenberg dikuburkan di pusat kota Mainz.

Lahir dan hidup dalam masa Aufklarung, Gutenberg memang salah satu buah pencerahan abad pertengahan dengan rasionalisme yang dipicu oleh Rene Descartes, dengan salah satu sisi negatifnya kolusi kekuasaan dunia dan kekuasaan Gereja Katolik, antara raja dan paus/uskup. Ketika pertikaian di Mainz terjadi antara kaum bangsawan dan serikat pekerja memuncak, keluarga Gensfleisch mengungsi ke Eltville, termasuk juga Gutenberg. Kembali ke Mainz tahun 1448, ia masuk sekolah gimnasium, sebuah sekolah elite di Mainz dan kemudian ke Universitas Erfurt.

Sekembali ke Mainz tahun 1448, dia dapat pinjaman 150 guilder dari Arnold Geltuhus untuk bengkel cetak pertamanya. Tahun 1449-1452, seorang pengusaha Johannes Fust meminjaminya 800 guilder untuk proyek mencetak buku Injil.

Pada 1452, Gutenberg berhasil mencetak 180 Injil yang masing-masing 1.282 halaman. Disebut B42 karena setiap kolom cetak memiliki 42 garis. Di kemudian hari, tahun 1455, dalam urusan cetak Injil itu Gutenberg berselisih hukum dengan Fust yang mengakibatkan Fust memakai tenaga sebelumnya Peter Schoffer, yang kemudian menghasilkan cetakan Injil kedua berdampingan asli di museum dengan Injil B42. Gutenberg melanjutkan kerja di bengkelnya sendiri.

Meninggal dunia pada 3 Februari 1468 tanpa meninggalkan istri dan anak sehingga ada yang memperkirakan dia masuk biara, Gutenberg mewariskan harta tak ternilai dalam peradaban manusia. Namanya harum sebagai penemu seni mesin cetak buku.

Pada 1999, Gutenberg digelari Man of Millennium (manusia milenium, sepuluh abad) oleh satu tim wartawan Amerika. Gelar itu tidak hanya didasarkan atas temuan mesin cetak, tetapi juga sebagai peletak dasar sejarah global komunikasi kemanusiaan.

Temuan Gutenberg terasa menjadi lebih aktual dan lebih bermakna ketika dunia industri komunikasi saat ini sedang disibukkan oleh kekhawatiran menurunnya dunia cetak-mencetak.

Pertumbuhan media cetak stagnan, bahkan merosot terus yang sudah ditandai dengan ditutupnya sejumlah media cetak. Ramalan Thomas Mayer bahwa pada 2042 media cetak akan mati tidak hanya diantisipasi, tetapi dijadikan sebagai bagian strategi bermedia di masa depan. Informasi disampaikan lewat multimedia, multiplatform, multichannel. Membaca buku tidak lagi hanya dari cetak, tetapi juga lewat banyak cara lain.

Toh, atas semua kemajuan dan perkembangan pesat ini, tetaplah semua berawal dari sosok Gutenberg. Dari kota Mainz, peradaban buku cetak (yang tetap akan lestari) menusuk ke segala pelosok ujung bumi. Dari Mainz, manusia melihat dunia semesta!


Anda sedang membaca artikel tentang

Dari Mainz ke Ujung Bumi

Dengan url

http://productivitymalevirility.blogspot.com/2012/11/dari-mainz-ke-ujung-bumi.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Dari Mainz ke Ujung Bumi

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Dari Mainz ke Ujung Bumi

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger